Selasa, 18 Februari 2014

Luka yang Kau Beri 3


            “haii, kamu Rea kan?” sapa Riski pada Rea.
            “emm ya saya. Ada yang bisa saya bantu?” jawabku.
            “kamu tidak ingat lagi sama aku. Aku Riski kekasihmu dulu yang selalu kamu puja. Tak mungkin kamu tak ingat lagi sama aku?” kata Riski.
            Aku terdiam. Apa jawaban yang harus ku beri. Memang aku tak akan lupa wajah orang sudah melukaiku ini.
            “maaf saya tidak mengenali Anda. Dan saya tidak pernah punya kekasih bernama Riski.
Mungkin Anda salah orang.” Jawabku.
            “whatt? Tidak mungkin saya salah orang. Kamu Rea Azzalea kan? Yang dulu kuliah di  UI kan?” tanya Riski.
            “err....”
            “Rea, kamu dipanggil Pak Ridwan di suruh ke kantornya. Ehh maaf mengganggu, Pak.”
            “ohh tidak apa-apa Sin. Oke saya segera ke sana. Maaf saya pergi dulu. Permisi.” Pamitku pada Riski.
            “sebentar Rea. Kamu belum jawab pertanyaanku.” Halang Riski di depan pintu kantorku.
            “Anda salah orang, Pak. Saya bukan lulusan UI. Maaf saya permisi dulu.”
            “tak mungkin aku salah orang. Dia Reaku dulu. Bukan Rea lain. Aku yakin itu. Baiklah jika kamu tak mengaku, aku akan mengejar cintamu lagi dan aku tak akan sia-siakan lagi seperti dulu. Aku merindukanmu, sayang. Merindukan saat-saat kita menghabiskan waktu bersama-sama.” Bisik Riski dalam hati.


Jika teringat tentang dirimu
Berlinang airmataku
Ku rindu saat-saat bersamamu
Kasih sayangmu padaku
Namun kini kau bukan milikku
Dan berakhir sudah cintaku
Biarkan saja hatiku bicara
Ku masih sayang padamu
Aku slalu mendoakanmu
Agar kau bahagia
Bersama dirinya
Selamanya
Mengapa mudahnya hatimu mendua
Ku lapangkan dada walau aku terluka
Smoga bahagia bersama dirinya
Karena kau telah memilih dia
Betapa sakitnya apa yang kurasa
Tuhan kuatkanlah hatiku yang terluka
Semoga ku bisa tuk melupakannya
Karena ku masih mencintainya
            Tak terasa airmataku mengalir mendengar lagu Papinka – masih mencintainya di radio mobilku. Kemunculan Riski di kantorku menghadirkan sejuta kenangan yang selama ini kucoba lupakan. Kenapa dia muncul di saat aku sudah mulai bisa melupakannya? Ya Allah kuatkan hati ini untuk menghadapi dia. Dia yang telah menorehkan sejuta luka di hati. Aku tak ingin menangis karena dia lagi. Tapi kenapa airmata ini tetap mengalir? Aku masih sayang dia. Aku masih mencintainya. Aku sakit mengingat semua kebohongannya padaku dulu. Masih segar diingatan semua kenangan itu semua. Aku benci ini semua.  Aku ingin berlari sejauh mungkin. Aku tak kuat lagi menanggung ini semua.

            “haii, kamu Rea kan?” sapa Riski pada Rea.
            “emm ya saya. Ada yang bisa saya bantu?” jawabku.
            “kamu tidak ingat lagi sama aku. Aku Riski kekasihmu dulu yang selalu kamu puja. Tak mungkin kamu tak ingat lagi sama aku?” kata Riski.
            Aku terdiam. Apa jawaban yang harus ku beri. Memang aku tak akan lupa wajah orang sudah melukaiku ini.
            “maaf saya tidak mengenali Anda. Dan saya tidak pernah punya kekasih bernama Riski. Mungkin Anda salah orang.” Jawabku.
            “whatt? Tidak mungkin saya salah orang. Kamu Rea Azzalea kan? Yang dulu kuliah di  UI kan?” tanya Riski.
            “err....”
            “Rea, kamu dipanggil Pak Ridwan di suruh ke kantornya. Ehh maaf mengganggu, Pak.”
            “ohh tidak apa-apa Sin. Oke saya segera ke sana. Maaf saya pergi dulu. Permisi.” Pamitku pada Riski.
            “sebentar Rea. Kamu belum jawab pertanyaanku.” Halang Riski di depan pintu kantorku.
            “Anda salah orang, Pak. Saya bukan lulusan UI. Maaf saya permisi dulu.”
            “tak mungkin aku salah orang. Dia Reaku dulu. Bukan Rea lain. Aku yakin itu. Baiklah jika kamu tak mengaku, aku akan mengejar cintamu lagi dan aku tak akan sia-siakan lagi seperti dulu. Aku merindukanmu, sayang. Merindukan saat-saat kita menghabiskan waktu bersama-sama.” Bisik Riski dalam hati.


Jika teringat tentang dirimu
Berlinang airmataku
Ku rindu saat-saat bersamamu
Kasih sayangmu padaku
Namun kini kau bukan milikku
Dan berakhir sudah cintaku
Biarkan saja hatiku bicara
Ku masih sayang padamu
Aku slalu mendoakanmu
Agar kau bahagia
Bersama dirinya
Selamanya
Mengapa mudahnya hatimu mendua
Ku lapangkan dada walau aku terluka
Smoga bahagia bersama dirinya
Karena kau telah memilih dia
Betapa sakitnya apa yang kurasa
Tuhan kuatkanlah hatiku yang terluka
Semoga ku bisa tuk melupakannya
Karena ku masih mencintainya
            Tak terasa airmataku mengalir mendengar lagu Papinka – masih mencintainya di radio mobilku. Kemunculan Riski di kantorku menghadirkan sejuta kenangan yang selama ini kucoba lupakan. Kenapa dia muncul di saat aku sudah mulai bisa melupakannya? Ya Allah kuatkan hati ini untuk menghadapi dia. Dia yang telah menorehkan sejuta luka di hati. Aku tak ingin menangis karena dia lagi. Tapi kenapa airmata ini tetap mengalir? Aku masih sayang dia. Aku masih mencintainya. Aku sakit mengingat semua kebohongannya padaku dulu. Masih segar diingatan semua kenangan itu semua. Aku benci ini semua.  Aku ingin berlari sejauh mungkin. Aku tak kuat lagi menanggung ini semua.

0 komentar:

Posting Komentar