Angin
yang bertiup pagi ini mengantarkanku dalam hati yang rawan. Masih teringat
kisah semalam. Saat kau kembali merobek hatiku untuk ke sekian kalinya. Ahh aku
tak tahu apa maumu. Setiap kali ku coba
tak menangis api air mata terlalu sult untuk kutahan. Kini entah dimana kau
berada. Bayangmu sirna setelah kau Berjaya menoreh luka di hati. Tuhan, kenapa
aku tak mampu menahan rasa yang tak sepatutnya hadir untuk dia. Dia yang telah
membohongi hati ini. Kenapa
harus ada rasa ini untuk dia?
harus ada rasa ini untuk dia?
“Rea!!” teriak Venny di sampingku.
“Kamu kenapa kok mengelamun saja?
Kamu ada masalah apa? Ceritalah sama aku siapa tahu aku bisa membantumu.” tanya
Venny melihat aku hanya diam, tidak menyahut panggilannya.
Venny Andriani, temanku sejak dari sekolah
dasar hingga sekarang, yang setia bersahabat denganku di saat suka maupun duka.
Sahabat yang tahu kisahku
“Tidak apa-apa.” Jawabku setelah sekian lama aku
diam.
“Kalau tidak apa-apa kenapa wajahmu
muram tidak seperti biasanya? Kamu lagi
bertengkar sama Riski ya?” Venny seakan tidak percaya.
“Iya aku tidak apa-apa.”
“Tapi kenapa kamu seperti tidak
ceria seperti biasanya?” tidak mungkin tidak apa-apa.”
“Hemmmm…”
“Kenapa?”
“Riski membohongiku.”
“Whaattt??”
“Iya…. Ternyata selama ini dia sudah
memiliki kekasih. Bahkan sejak sebelum aku bersamanya. Ahh betapa bodohnya aku.
Kenapa sebelum menjadi kekasihnya aku tak mencari tahu tentang dia? Pantas saja
setiap kali aku marah dia tak peduli. Apa yang harus ku lakukan?”
“Kamu tidak minta putus kah?” Tanya
Venny masih dengan riak wajah yang terkejut.
“Tidak,
aku terlalu sayang sama dia. Aku terlalu sulit untuk melepas dia. Dia sudah
seperti bagian dari hidupku.” Jawabku sendu.
“Ahhh
perseta dengan cinta. Kenapa kamu terlalu mencintai orang seperti dia. Masih
banyak yang lebih baik dari dia. Doni si pemain basket yang sangat baik itu
menunggu cintamu. Tapi kenapa kamu masih tak juga sadar. Cint itu membutakanmu.
Sudahlah move on dari dia. Dia tidak cockbuatmu. Lupakan dia. Aku jamin kam
pasti bisa.” Ceramah Venny padaku.
“entahlah.
Aku pusing.” Jawabku lemah.
“ayolah
bangkit dari duniamu. Kamu sudah terlalu sering disakiti dia.” Kata Venny.
“susah
Venn tidak semudah yang kamu bayangkan. Kamu tidak merasakan bagaimana aku
sudah pacaran selama 3tahun tiba-tiba dia curang di belakangku. Aku sudah
terbiasa dengan dia. Dia sudah seperti bagian dari kehidupan aku. Aku benci
keadaan seperti ini. Andai waktu bisa diulang aku tidak ingin kenal dia. Aku
benci dia. Aku benci perasaan ini. Ya Allah terasa sakit hatiku ini, Venn.”
Rintihku padanya.
Mata
Venny berkaca-kaca mendengar ceritaku. Aku tak bisa menahan lagi segala perasaan yag
aku pendam selama ini. Ahh kenapa aku tak bisa merelakan Riski. Sedangkan kini
mungkin dia sedang berbahagia dengan cewek lain. Sedangkan aku disini sedang
menangis meratapi kisah cintaku yang telah hancur. Ahh hati kenapa kau tak bisa
melepaskan dia. Cinta ini takkan kemana karena dia sudah berpaling arah. Dia
takkan sekali-kali daia berpaling padaku. Lupakan dia. Lupakan dia. Aku tak
mampu disakiti dia lagi. Hati ini sudah terluka parah. Jangan terus berharap
pada yang tak sudi. Pada dia yang telah membuangku. Pada dia yang sudah
menyia-nyiakan aku. Aku tak sanggup lagi terluka. Aku tak rela hati ini terus
dilukai. Selamat tinggal cintaku. Selamat tinggal Riskiku.
0 komentar:
Posting Komentar