Enam
tahun kemudian.
“Rea,
kamu mau pulang belum? Kalau mau pulang, yuk bareng sama aku. Aku juga sudah
mau pulang nih. “ Sinta tiba-tiba saja masuk ke ruang kantorku.
“ooh
ayo, aku juga sudah mau pulang nih.” Balasku.
“ooh yaa
Rea, kabarnya besuk anak bos yang akan mewarisi perusahaaan ini sudah mulai
kerja. Waaah anaknya pasti ganteng. Lihat saja wajah bos kita itu, sudah
berumur tapi tetap saja
masih kelihatan gantengnya. Hihiihi”
masih kelihatan gantengnya. Hihiihi”
“hmmm
ganteng kalau kelakuannya jelek sama saja bohong. Mending yang wajahnya jelek
tapi perilakunya bagus itu baru namanya calon suami plihan. Hahahaa” candaku.
“ya
berdoa saja dia baik, sopan, dan tidak mudah marah. Dan satu lagi dia yang tidak
boleh tinggal dia ganteng jadi bisa buat
kita semangat kerja amiiinnn hahahahha.”
“haahaha
bisa saja kamu. Beneran ya kalau dia seperti yang kamu bayangin kamu harus berangkat
pagi dan tidak telat yaaa. Hahaha”
“hehehe
tidak janji daahh nanti kamu tagih langsung rugi aku.”
“hahaha
ya sudah aku duluan yaaa. Mobilmu
sebelah mana?”
“tuh
bawah pohon. Tadi parkirannya sudah penuh. Tidak dapat tempat hehheeh”
“makanya
datang pagi-pagi.”
“yaa dehh tapi
tidak yakin deh apalagi kalau ada film korea baru hahahaa” teriak Sinta sambil
jalan ke mobilnya.
“selamat
pagii cintaaa” sapa Sinta.
“selamat
pagi. Wiiihh tumben jam segini udah sudah di kantor. Mimpi apa semalam?” aku
terkejut melihat Sinta sudah duduk di ruangannya.
“hehehehe
kan hari ini hari pertama anak bos kerja, siapa tahu kan dia langsung tertarik
sama aku. Hahahaha” jawab Sinta
“yaelahh
sampai segitunya Sin” aku hanya mampu menggelengkan kepala sambil menuju ruang
kantorku yang hanya sebelah kantor Sinta.
“ooh ya
Rea nanti jam setengah 9 kumpul di ruang meeting untuk perkenalan anak boss.”
Teriak Sinta.
Jika
cinta lama kembali lagi hadir, rasa yang masih tertinggal akan terasa
menyakitkan. Sisa-sisanya masih terasa begitu mengganjal di hati. Aku tak
bermimpi akan bertemu dengan dia. Dia yang dulu pernah hadir dan pernah menjadi
sebagian diriku. Kini mau tidak mau aku harus menghadapi kenyataan yang tidak
ku inginkan. Dia yang ingin ku hindar, kini hadir di depan mataku. Entah apa
yang harus kulakukan? Bersikap biasa dan berpura-pura tidak mengenalnya? Ahh
pusingg kepalaku.
“Rea,
kamu kenapa melihat anak bos seperti kamu mengenal dia? Kamu sudah kenal dia
ya?” tanya Sinta curiga.
“eehh
tidak kok. Aku belum pernah kenal dia. Eehh sudah perhatiin bos bicara nanti ditegur.”
Balasku cepat.
“oohh
aku tahu, kamu pasti tertarik kan? iya kan iya kan?”
“enggak
yaa. Ssstt sudah dengerin bos tuh.”
“yaa Rea
dan Sinta ada pertanyaan?” tanya bos tiba-tiba.
“emm....err....
tidak pak.” Jawab Sinta gugup.
“ohh ya
ini anak saya yang akan menggantikan saya nanti. Kenalkan namanya Riski
Andrianto. Umur 29 tahun. Masih single and avaliable. Iya kan, Ris?” tanya Pak Ahmad.
“iya.
Eeh Papa tadi tanya apa?” balas Riski.
“kamu masih
single kan? kamu kenapa tidak mendengarkan Papa tanya tadi? Ada staff Papakah
yang sudah menarik perhatian kamu hmm?” tanya Pak Ahmad.
“ahh
Papa ini bisa saja.” Sambil tersenyum segan karena tertangkap Pak Ahmad tidak
memerhatikan kata-katanya tadi.
“aku
yakin kamu ada disini. Akhirnya aku berhasil menemukanmu Rea sayang. Aku
merindukanmu.” Kata Riski dalam hati sambil tak berhenti melihat Rea yang ada
di ujung meja pertemuan di ruang meeting tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar