“haii,
kamu Rea kan?” sapa Riski pada Rea.
“emm ya
saya. Ada yang bisa saya bantu?” jawabku.
“kamu
tidak ingat lagi sama aku. Aku Riski kekasihmu dulu yang selalu kamu puja. Tak
mungkin kamu tak ingat lagi sama aku?” kata Riski.
Aku
terdiam. Apa jawaban yang harus ku beri. Memang aku tak akan lupa wajah orang
sudah melukaiku ini.
“maaf
saya tidak mengenali Anda. Dan saya tidak pernah punya kekasih bernama Riski.
Mungkin Anda salah orang.” Jawabku.
Mungkin Anda salah orang.” Jawabku.
“whatt?
Tidak mungkin saya salah orang. Kamu Rea Azzalea kan? Yang dulu kuliah di UI kan?” tanya Riski.
“err....”
“Rea,
kamu dipanggil Pak Ridwan di suruh ke kantornya. Ehh maaf mengganggu, Pak.”
“ohh
tidak apa-apa Sin. Oke saya segera ke sana. Maaf saya pergi dulu. Permisi.”
Pamitku pada Riski.
“sebentar
Rea. Kamu belum jawab pertanyaanku.” Halang Riski di depan pintu kantorku.
“Anda
salah orang, Pak. Saya bukan lulusan UI. Maaf saya permisi dulu.”
“tak
mungkin aku salah orang. Dia Reaku dulu. Bukan Rea lain. Aku yakin itu. Baiklah
jika kamu tak mengaku, aku akan mengejar cintamu lagi dan aku tak akan sia-siakan
lagi seperti dulu. Aku merindukanmu, sayang. Merindukan saat-saat kita
menghabiskan waktu bersama-sama.” Bisik Riski dalam hati.
Jika
teringat tentang dirimu
Berlinang
airmataku
Ku
rindu saat-saat bersamamu
Kasih
sayangmu padaku
Namun
kini kau bukan milikku
Dan
berakhir sudah cintaku
Biarkan
saja hatiku bicara
Ku
masih sayang padamu
Aku
slalu mendoakanmu
Agar
kau bahagia
Bersama
dirinya
Selamanya
Mengapa
mudahnya hatimu mendua
Ku
lapangkan dada walau aku terluka
Smoga
bahagia bersama dirinya
Karena
kau telah memilih dia
Betapa
sakitnya apa yang kurasa
Tuhan
kuatkanlah hatiku yang terluka
Semoga
ku bisa tuk melupakannya
Karena
ku masih mencintainya
Tak
terasa airmataku mengalir mendengar lagu Papinka – masih mencintainya di radio
mobilku. Kemunculan Riski di kantorku menghadirkan sejuta kenangan yang selama
ini kucoba lupakan. Kenapa dia muncul di saat aku sudah mulai bisa
melupakannya? Ya Allah kuatkan hati ini untuk menghadapi dia. Dia yang telah
menorehkan sejuta luka di hati. Aku tak ingin menangis karena dia lagi. Tapi
kenapa airmata ini tetap mengalir? Aku masih sayang dia. Aku masih mencintainya.
Aku sakit mengingat semua kebohongannya padaku dulu. Masih segar diingatan
semua kenangan itu semua. Aku benci ini semua.
Aku ingin berlari sejauh mungkin. Aku tak kuat lagi menanggung ini
semua.
“haii,
kamu Rea kan?” sapa Riski pada Rea.
“emm ya
saya. Ada yang bisa saya bantu?” jawabku.
“kamu
tidak ingat lagi sama aku. Aku Riski kekasihmu dulu yang selalu kamu puja. Tak
mungkin kamu tak ingat lagi sama aku?” kata Riski.
Aku
terdiam. Apa jawaban yang harus ku beri. Memang aku tak akan lupa wajah orang
sudah melukaiku ini.
“maaf
saya tidak mengenali Anda. Dan saya tidak pernah punya kekasih bernama Riski.
Mungkin Anda salah orang.” Jawabku.
“whatt?
Tidak mungkin saya salah orang. Kamu Rea Azzalea kan? Yang dulu kuliah di UI kan?” tanya Riski.
“err....”
“Rea,
kamu dipanggil Pak Ridwan di suruh ke kantornya. Ehh maaf mengganggu, Pak.”
“ohh
tidak apa-apa Sin. Oke saya segera ke sana. Maaf saya pergi dulu. Permisi.”
Pamitku pada Riski.
“sebentar
Rea. Kamu belum jawab pertanyaanku.” Halang Riski di depan pintu kantorku.
“Anda
salah orang, Pak. Saya bukan lulusan UI. Maaf saya permisi dulu.”
“tak
mungkin aku salah orang. Dia Reaku dulu. Bukan Rea lain. Aku yakin itu. Baiklah
jika kamu tak mengaku, aku akan mengejar cintamu lagi dan aku tak akan sia-siakan
lagi seperti dulu. Aku merindukanmu, sayang. Merindukan saat-saat kita
menghabiskan waktu bersama-sama.” Bisik Riski dalam hati.
Jika
teringat tentang dirimu
Berlinang
airmataku
Ku
rindu saat-saat bersamamu
Kasih
sayangmu padaku
Namun
kini kau bukan milikku
Dan
berakhir sudah cintaku
Biarkan
saja hatiku bicara
Ku
masih sayang padamu
Aku
slalu mendoakanmu
Agar
kau bahagia
Bersama
dirinya
Selamanya
Mengapa
mudahnya hatimu mendua
Ku
lapangkan dada walau aku terluka
Smoga
bahagia bersama dirinya
Karena
kau telah memilih dia
Betapa
sakitnya apa yang kurasa
Tuhan
kuatkanlah hatiku yang terluka
Semoga
ku bisa tuk melupakannya
Karena
ku masih mencintainya
Tak
terasa airmataku mengalir mendengar lagu Papinka – masih mencintainya di radio
mobilku. Kemunculan Riski di kantorku menghadirkan sejuta kenangan yang selama
ini kucoba lupakan. Kenapa dia muncul di saat aku sudah mulai bisa
melupakannya? Ya Allah kuatkan hati ini untuk menghadapi dia. Dia yang telah
menorehkan sejuta luka di hati. Aku tak ingin menangis karena dia lagi. Tapi
kenapa airmata ini tetap mengalir? Aku masih sayang dia. Aku masih mencintainya.
Aku sakit mengingat semua kebohongannya padaku dulu. Masih segar diingatan
semua kenangan itu semua. Aku benci ini semua.
Aku ingin berlari sejauh mungkin. Aku tak kuat lagi menanggung ini
semua.
0 komentar:
Posting Komentar